Detail Ban dalam alias tube pastinya mirip celana dalam. Perangkat vital yang nggak bisa dianggap remeh. Salah perlakuan dan perawatan bisa muncul banyak masalah. Dari mulai gampang ganti ban dalam sampai keselamatan di jalan. Di sini pentingnya kenali penyakit yang bikin tube bermasalah.
GANTI LUAR-DALAM
Gampangnya kayak hubungan badan manusia dan pakaian dalam. Ukuran pinggang sudah bertambah 5 cm. Pasti ganti ukuran celana dong. Tapi, size tetap seperti sebelumnya. Pastinya enggak nyaman meski ukuran celana sudah lebih besar. Kasihan, kan kejepit. Jalan pun jadi serba salah. Sedikit-sedikit garuk.
Begitu juga dengan ban dalam. Penggantian ukuran ban luar mesti dibarengi ganti tube. Memang sih, karakter karet ban dalam sangat elastis dibanding ban luar. Kalau diisi angin, ukuran ban dalam bisa sampai melebihi dari ukuran standar. Malah, bisa sampai melendung.
Meski begitu, ukuran tube jauh lebih bagus mengikuti ban luar. “Jangan sampai lebih besar atau lebih kecil dibanding ban luar,” ujar Dwijono ‘DJ’ Priadmadi dari R & D Division, PT Suryaraya Rubberindo Industries (SRI), Cileungsi, Bogor.
Efek tidak sebandingnya ukuran akan muncul beragam risiko dan gejala. Risiko paling dekat adalah usia pakai tube. Misal, ukurannya 80/90-17 dipakai untuk ban luar 130/90-17. Mungkin juga sebaliknya, size si kulit bundar lebih kecil dibanding ban dalam.
Seandainya lebih besar ban luar bikin tubemudah getas. Ini disebabkan karet ban dalam dibikin lebih melar dibanding ukuran sebenarnya. Karena mudah getas, sedikit aja ada tekanan yang berlebihan dari materi aspal bisa bikin sobek.
Kekecilan ban luar dibanding ban dalam juga bikin motor sedikit oleng. Pastinya akan terasa saat motor di kecepatan tinggi. Penyakit ini muncul karena ada bagian tube yang terlipat saat dikasih angin. “Kalau pun terpaksa mending pakai ban dalam yang lebih kecil ukurannya dibanding pelek. Bisa melar. Tapi, ini buat sementara aja,” ujarEdu Manulang dari Edu Motor di Jl. Ceger Raya, No. 18, Pondok Aren, Tangerang.
KUALITAS KARET
Menurut Edu, ban dalam bagus bisa dilihat lewat kasat mata atau penciuman. Pertama, karet yang bagus punya bahan elastis dan tidak kaku. Karena kalau terlalu kaku, itu bisa membuat ban jadi mudah getas.
Lewat penciuman, juga bisa. Pakai hidung, endus ban tube itu. “Jika ban yang punya karet bagus baunya memang seperti karet, tidak tajam menusuk hidung,” ungkap pria 30 tahun ini.
Beda dengan ban murah. Selain bahan kurang elastis, baunya juga lebih tajam. Malah tidak mirip bau karet tapi lebih bau bahan kimia. Kurang elastis pastinya gampang sobek kalau kena benturan atau beban keras. “Ciri seperti ini, biasanya ada di ban dalam yang dijual murah di pasaran,” tambahnya.
TAMBALAN BAN
Lanjut ke soal tambal-menambal. Sobat juga mesti KLIK - Detailwaspada ketika menambal ban. Soalnya, bengkel tambal ban juga punya dua tawaran cara menambal. Pertama, pakai cara bakar. Kedua, tip-top.
Keduanya memang punya keunggulan dan kelemahan. Tapi menurut Edu, yang terbaik adalah pakai cara bakar. “Cara ini lebih kuat untuk menambal ban. Beda dengan tip-top yang punya kemungkinan bocor lagi,” bilang Edu.
“Pakai tip-top, hanya menang di soal waktu pengerjaan. Tapi tidak soal kualitas,” timpal Santo, dari Jaya Motor, Tangerang. Usia pakai juga lebih lama cara bakar dong.
Ngomong soal tambalan, sobat juga mesti waspada. Yaitu, soal berapa banyak tambalan. Jika lebih dari tiga, mending ganti ban dalam baru. “Sebenarnya kalau di tukang tambal ban, berapa banyak pun enggak masalah. Tapi, ini soal keamanan pengendara sendiri,” wanti Santo.
Takutnya, struktur ban balam tidak kuat menopang angin di dalam ban. Begitunya, si karet bundar pun jadi mudah bocor lagi. Bahkan, bisa aja tambalan itu meledak. Wah, bahaya tuh. Sama seperti bahayanya maksimal ukuran robek atau ukuran bocor yang bisa ditambal.
Menurut Edu lagi, selama doi ‘bertugas’ batasan robek yang bisa ditambal itu sekitar 1 cm. “Lebih dari itu bisa aja. Tapi, takutnya tambalan tidak berfungsi maksimal,” bilang bapak satu anak ini.
Karena tak berfungsi maksimal, tentu berefek ke usia pakai tambalan. Jika umumnya tambalan bisa dipakai hingga tiga bulan lebih, tapi karena dipaksakan jadi hanya mampu berfungsi hingga dua minggu. Tambalan bisa melar atau robek lagi.
DUA-DUANYA DI ATAS
KLIK - DetailSekaligus ditiban dua kali, terus digoyang. Beginilah posisi mur pentil. Keduanya di atas pelek. Bukan seperti umumnya yang dipasang satu di bawah dan satunya di atas permukaan pelek. Sebagai catatan pemasangan kayak begini bikin kondisi tekanan angin normal atau semua bagian pelek dan ban sehat.
Coba analisis secara teknis. Kalau menggunakan cara seperti sebelumnya, satu di bawah dan satu di atas permukaan pelek. Sepertinya posisi pentil kokoh. Enggak gampang tertarik saat ban dalam bergerak ke depan atau ke belakang waktu akselerasi atau deselerasi.
Memang pentil diamankan kalau pemasangan seperti itu. Tapi, permukaan karet di bawah pentil rentan. Berisiko mudah ngangkat atau sobek.
Berbeda dengan kedua mur dipasang di atas permukaan pelek. Permukaan karet di pantat pentil bisa fleksibel mengikuti gerakan ban dalam waktu mesin akselerasi atau deselerasi.
Enggak perlu takut kalau ada anggapan pentil akan lari jauh alias bergeser depan-belakang. Anggapan yang mungkin bisa dibantah. Lekuk dan konstruksi permukaan pantat pentil mengikuti konstruksi permukaan pelek. Jadi, dipasang ke pelek, pantat pentil seakan terkunci secara otomatis.
Kamis, 06 Maret 2008
Penyakit Ban Dalam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar